5 Sep 2011

Ku Katakan Padamu

Masih sulit kau memahami bibir yang bicara dan berubahnya roman muka
Pandang mataku saat bicara lihat pipiku akan kau lihat ribuan jejakmu
jika enggan untuk bicara diam akan katakan lebih dari maksudnya
Tentu kau tahu api sulit padam jika membara
Besarnya ombak tergantung dari angin yang mendera

Sulit memahami manusia
Mengungkap kesedihan dengan tangis
Mengungkap kebahagiaan dengan tawa
Tetapi keduanya meneteskan air mata

Mengawali hidup dengan rasa sakit, menjalani hidup dengan rasa sakit, dan mengakhiri hidup dengan rasa sakit
Mengawali cinta dengan harapan, menjalani cinta dengan kekhawatiran, dan mengakhiri cinta dengan kekecewaan
Jika awal cinta indah mengapa tidak pada awal dan akhir ceritanya
kesedihan didalamnya pun indah jika benar-benar mencinta
Karena tiap manusia hanya mencintai dirinya

Tak perlu merasa terancam
Aku tidak sedang menodongkan cinta
Aku hanya bercermin padamu
Apa engkau takut pada kata-kata yang terganti tajamnya goresan pena
Jangan mengiba seperti tanah gersang memandang langit
Jangan takut tajamnya pena tak mengiris urat nadi

Yang jauh dari cinta membeku seperti salju dan yang terlalu dekat dengan cinta akan menangis seperti awan
Api menghangatkan tapi jangan terlalu dekat luka bakar selalu terasa menyakitkan

Menurutmu cinta adalah jawaban akhir dari segalanya
Penolakan bukan vonis mati bagi terdakwa, bagiku seperti kebangkitan setelah mati
Awal cerita barulah dimulai

Jika kau bersikeras anggapalah cupid membidikkan panah tidak tepat pada sasarannya
Bila masih sulit untuk percaya,basuhlah muka, hiruplah napas dalam,dan pejamkan mata
Aku belumlah harapkan cinta

BungaKu

Aku ingin engkau seperti bunga gardenia

Bentuknya tidak kalah cantik dengan bunga mawar

Warnanya putih, suci, berseri

Tapi, ia bunga yang rendah hati

Yang tidak perlu melindungi diri dengan duri

Ia juga bunga yang tidak banyak permintaan

Ia bisa tumbih dimana saja.

Bahkan hanya dengan perawatan yang sederhana\

Pena Cinta

""Goresan hilir angin menhembus jantung

Merasuk ke nadi meremukkan hati

Hati pun bertanya

Siapa Aku....??

Merangkai kisah khalifahku di bumi

Bergelorakan cinta pada Ilahi

hanya cakrawala pena cinta menemani tangisan hati.

Hamka, Inspirasi jiwa kemanusian dan bersahabatan

Kamis 11 Februari 2010
Oleh : Andi “IchuK” Arfandi….

Prolog
Hamka, sahabat yang menjadi inspirasi dalam iman dan persaudaraan. Sosok remaja muda yang religius dan bersahabat, ialah sepupuku tercinta yang telah telah meninggalkan sejuta rasa takjub dan bangga bagi kami keluarganya. Aku dan Hamka selalu bersama dari kami kecil, kami bermain, belajar, bersekolah dan banyak hal kami lakukan bersama. Dalam segala hal dia selalu menjadi sainganku sehingga aku tak mau kalah dengannya. Walaupun dia memang lebih baik dari segi akedemik namun itulah yang membuatku terpacu untuk lebih baik darinya..Kini sosok itu telah tiada, sahabat yang amat ku rindukan, hanya kesedihan dan kenangan yang terasa.

Sahabat sejati
Jiwa persaudaraan sangat kuat terjalin antara kami berdua. Sifat-sifat religius telah berhasil mempengaruhiku dan aku menikmatinya. Tak ada yang terlalu istimewa dalam diri Hamka namun kebersamaan yang membuatku senang bila bersamanya. Kami selalu bersama, berangkat ke sekolah, bermain, mengaji dan hobi menyaksikan tim sepakbola kebangaan kami di lapangan karebosi maupun di stadion mattoangin. Dan yang tidak bisa terlupakan ketika kami kehabisan ongkos setelah nonton bola dan harus rela berjalan kaki hingga puluhan kilometer. Melelahkan,, tapi kami tetap senang walaupun dimarahin habis-habisan dirumah.

Perpisahan pertama
Sewaktu kami masih duduk di kelas 3 SD kami sudah pernah terpisahkan. Hamka dan keluarganya pergi menuju Sumatra yang dimana memang ayahnya berwirausaha di sana. Air mataku tak bisa ku bentung ketika perpisahan kala itu. Begitu pun Hamka, ia tak sangat melihatku dan melihat nenek kami yang sangat sayang kepada kami. Kami hanya berusaha tenang dan bersabar. Namum waktu jua yang bisa membuatku sabar menunggunya untuk kembali ke Makassar walaupun ku tak tahu apakah ia akan kembali atau tidak.
. Dan hari itu pun tiba, dimana doaku untuk bisa berkumpul kembali bersamanya setelah empat tahun berpisah. Ketika itu aku telah duduk di bangku SMP. Ia datang ke rumahku ketika diri ini terbaring lemah karena sakit. Sakit itu pun segera sembuh ketika sahabat sejatiku telah telah kembali. Ku lihat dirinya yang sangat berubah, kulitnya putih dan bercahaya, tutur katanya begitu sopan dan ramah. Aku tak bisa melupakan ketika ia menyapaku dengan logat melayu itu.

Perpisahan untuk selamanya
Terkadang aku memang iri kepada Hamka yang selalu mendapatkan pujian. Tapi sekarang aku sadar setelah kepergiannya untuk selamanya bahwa ia memang pantas mendapatkan pujian. Sosok Hamka begitu begitu dikenal di sekolahnya sebagai seorang ustadz muda. Setiap kali aku kami bertemu, ia pasti menceritakan semua apa yang dia alami di sekolahnya. Mulai dari membawakan kuliah tujuh menit (kultum) hingga menurut dia dijuluki oleh teman-teman kelas sebagai master of pelawak. Sikapnya yang humoris membuatnya mudah akrab kepada siapa saja.
Dan tepatnya pada tanggal 16 mei 2007 menjadi hari dimana amat tidak bisa aku sangka harus kehilangan sahabatku. Ketika sehari sebelumnya kami bersama seharian menemaninya mencarikan celana di berbagai tempat. ia pun sempat menyampaikan kegiatan perpisahan sekolah yang ia dan teman-temannya yang akan diadakan di bantimurung, dan ternyata dibalik semua itu bermakna perpisahan untuk selamanya. Hamka meninggal ketika ia bermain di daerah pasir putih dimana memang sudah larangan di kawasan bantimurung. Aku pikir Hamka tidak mungkin melakukan hal yang membhayakan tersebut. Dan ternyata Hamka hanya ingin menyelamatkan temannya yang juga menjadi korban pada waktu itu, ia melompat dan berusaha menolong teman tersebut.
Selama jalan sahabat terbaikku…
Semoga kau mendapatkan pintu surgamu di sana..
Amin…

Seperti Semut Itu

Malam sunyi sepi sendiri
duduklah aku seorang diri
melamun mengenang yang telah terjadi
usaha ku demi sesuap nasi
ternyata tak semuda teori
praktek tuk di jalani

malam sunyi sepi sendiri
melihat semut berlari-lari
berlomba-lomba menggapai
gula yang manis sekali

malam sunyi sepi sendiri
tanpa ku sadarai
ku ketik semut itu dengan jari
hingga terjatuh berkali-kali
tapi.......
semut itu cepat bangkit kembali
mencari jalan baru lagi
demi menggapai gula itu yang manis sekali